Gerindra dan PKS merupakan 2 partai politik koalisi yang solid dari sejak tahun 2013. Tidak tergoyahkan sekalipun badai menghantam. Tidak sedikit usaha usaha yang dilakukan untuk menggempur PKS dengan tawaran untuk menyeberang tetapi PKS tidak bergeming dan akhirnya ujung ujungnya banyak hal yg dikait kaitkan dengan isu isu miring yang ditujukan kepada Gerindra dan PKS. Kriminilisasi begitu orang menyebutnya. Yang paling ekstrim adalah fitnah yang mengatakan bahwa 2 parpol ini adalah pendukung gerakan terorisme. Tentu orang yang mengatakan ini memang tidak waras alias orang gila.
Gerindra dan PKS tetap bertekad dan berjuang menuju perubahan, perubahan Indonesia yang lebih baik sekalipun musuh musuh terus menyerang.
Tinggal 3 bulan lagi pendaftaran nama calon calon presiden dan wakil presiden yaitu di bulan Agustus. Rakyat Indonesia sedang menunggu nama nama siapa yang akan dicalonkan oleh masing masing partai yang akhirnya akan mendapatkan tiket untuk bertarung. Dari pihak oposisi yaitu Gerindra dan PKS, jelas tidak ada nama lain untuk capres yaitu Prabowo Subianto. Jika incumbent diberikan tiket lagi oleh parpol koalisi yang sedang berkuasa maka kejadian 2014 pertarungan antara Prabowo dan Jokowi akan diulang lagi. Mengapa saya katakan “jika incumbent diberikan tiket lagi” , hal tersebut mengingat elektabilitas incumbent yang semakin merosot dan suara mayoritas rakyat dimana mana dengan tagline #2019 Ganti Presiden# tentu mengganggu kenyamanan pikiran, hati dan perasaan parpol penguasa. Kekalahan yang sudah didepan mata akankah dipertahankan atau sebaiknya munculkan orang baru yang lebih dikehendaki oleh para pendukung koalisi parpol tersebut? Sayangnya sepertinya mereka tidak memiliki kader yang lebih baik dari pihak lawan yaitu Prabowo Subianto.
Kasak kusuk poros ketiga pun ramai dibicarakan. Dalam mengantisipasi head to head Prabowo dan incumbent nama nama baru muncul, GN, TGB yang paling sering dibicarakan orang dan beritanya koalisi poros baru itu adalah Demokrat, PKB dan PAN. PAN yang selalu tidak jelas arahnya kemana karena ada dualisme kepemimpinan dalam tubuh partai tersebut yaitu Amien Rais dan Zulkifli Hasan. Sebagian besar kader PAN tentu patuh kepada sesepuh Amien Rais tetapi ambisi dari seorang ketum partai tentunya membawa dinamika internal sendiri di partai tersebut. Tapi ah sudahlah…kita tidak perlu merisaukan hal tersebut tapi mudah mudahan PAN segera menentukan sikap yang jelas dan berada di jalan yang benar
Yang menarik adalah kasak kusuk pembentukan poros baru ini. Sebagian masyarakat yg abu abu yaitu kesana tidak dan kesini tidak sepertinya tergiur dengan gagasan tsb. Bahkan wacana wacana tersebut diaplikasikan dengan membuat polling pollingan agar nama nama baru muncul yang katanya siapa tahu akan bisa mempengaruhi parpol. Mereka lupa bahwa ada mekanisme partai yang berjalan yang mungkin tidak dipahami secara historical, factual dan procedural oleh mereka yang tidak berada di dalam partai.
Ada juga yang tidak menginginkan Prabowo maju lagi mengatakan hal hal yang konyol seperti misalnya : ” pak Prabowo sudah saatnya pensiun lebih baik jadi king maker saja”. Mereka lupa bahwa umur bukan menjadi patokan, perjuangan itu sepanjang hayat bahkan Mahathir saja mampu melakukan itu di usia 93 tahun
Ada lagi yang bilang : “akan lebih elegan kalau pak Prabowo seperti ibu saja, menjadi ketum partai sudah cukup, tidak usah mencalonkan jadi capres”. Hahahaha mereka tidak paham kalau ibu ini bukan tidak mau jadi capres tetapi tidak ada yang mau memilihnya. Itu persoalan mengapa ibu tidak maju lagi.Kalimat kalimat tersebut saya dengar sendiri dari kawan kawan dekat yang membuat saya berpikir : “Kalian utusan siapa sih?”
Kepada para pendukung setia Prabowo Subianto, lanjutkan perjuangan kita. Tidak perlu galau tetap tetap setia kepada cita cita luhur para pendiri bangsa. Cita cita sebagai negara dan bangsa yang merdeka seutuhnya dalam segala bidang dan mengatur sendiri tata kelola pemerintahan tanpa campur tangan asing. Cita cita untuk mensejahterakan rakyat dengan ADIL dan MAKMUR. Prabowo Subianto pasti akan menjadi capres dari Gerindra. Jadi bagi kalian yang masih bertanya tanya, sekarang sudah ada jawabannya.
Bagi mereka yang selalu ragu ragu, golput, oportunis, tidak jelas, BANGUN !!! Sudah saatnya kalian menentukan sikap, sudah saatnya kalian membuka mata lebar lebar, sudah saatnya kalian membuka data dan mengevaluasi apa yang terjadi selama 4 tahun ini di Indonesia. Sudahkah NAWA CITA terlaksana ataukah yang terjadi saat ini adalah NAWA DUKA? Seperti kata bung Abdurrahman Syebubakar dari The Institute for Democration Education ( IDE).
Selamat Hari Kebangkitan Nasional.
Salam Indonesia Raya,
#2019 Ganti Presiden#
20 Mei 2018
Penulis: Agnes Marcellina