Hashim S. Djojohadikusumo,
Wakil Ketua Dewan Pembina DPP- Partai Gerindra. Pendiri Yayasan Arsari dan Pelindung Yayasan WADAH.
(DIBUKA DENGAN UCAPAN ULTAH PIRA)
Saya menghaturkan, Selamat Ulang Tahun ke-13, lahirnya PIRA dan saya kira kita sudah banggakan, banyak prestasi dan pekerjaan yang sudah diraih dan sudah dicapai oleh PIRA dan saya kira kita semua sudah sepakati, bahwa PIRA, bagian terpenting, salah satu terpenting dari partai kita, Partai Gerindra, untuk memperjuangkan aspirasi-aspirasi kader partai dan simpatisan partai. Kalau saya pribadi, saya sangat-sangat percaya, sungguh-sungguh saya percaya bahwa peranan perempuan sangat penting dalam pembangunan bangsa kita. Kita punya tujuan, supaya nyata, kita punya tujuan yang saya kira bisa tercapai dan melalui Gerindra kita majukan aspirasi ibu-ibu PIRA dan keluarganya. PIRA Berdaya, Gerindra Berjaya. Selamat Ulang Tahun ke-13, PIRA.
HASHIM S. DJOJOHADIKUSUMO berwawancara dengan Imelda Bachtiar dari tim Humas PIRA dan Digdaya TV.
Wawancara pada Kamis, 7 Oktober 2021 di Yayasan Arsari, Jakarta. Topik wawancara adalah tentang program yang dilakukan Yayasan WADAH untuk pemberdayaan perempuan desa mulai dari yang usia muda, sampai lanjut usia. Yayasan WADAH diketuai oleh Ibu Anie Hashim S. Djojohadikusumo.
BAGAIMANA YAYASAN WADAH BERSINERGI DENGAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN YANG DILAKUKAN PIRA?
WADAH bergerak untuk meningkatkan kesejahteraan para ibu-ibu, perempuan dan anak-anak, bukan hanya anak perempuan, tetapi anak-anak laki juga.
Dan kegiatan wadah ini sudah terbukti dengan kita memberi peranan penting bagi ibu-ibu dan nenek-nenek, dalam beberapa program Yayasan WADAH, termasuk program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Jawa Barat sampai ke Maluku, Papua Barat, NTT dan sebagainya. Dan di situ saya melihat, peranan ibu-ibu luar biasa. Sangat menentukan nasib anak-anak dan dengan sendirinya nasib bangsa.
MENGAPA TITIK PERHATIAN PADA ANAK-ANAK MENJADI PENTING?
Anak-anak ini nanti akan menjadi orang dewasa, bukan? Nanti akan menjadi karyawan, pekerja, petani, nelayan dan sebagainya. Kita harapkan mereka akan terdidik dengan baik. Nah di situ, peran ibu-ibu dan nenek-nenek sangat menentukan.
Salah satu contoh, dalam program Yayasan WADAH adalah penerangan listrik dari tenaga surya di beberapa komunitas. Program ini sudah mulai tahun 2015, ini sudah tahun ke-7. Waktu itu istri saya memilih tujuh nenek-nenek dikirim belajar tentang listrik tenaga surya, tenaga matahari. Lembaga belajar itu bernama Barefoot College di India. Program ini tepat guna dan sangat berhasil. Luar biasa. WADAH tidak mengirim laki-laki, tidak mengirim bapak-bapak, yang dikirim adalah nenek-nenek, atau perempuan yang berumur di atas 55 tahun. Nah, kenapa? Logikanya, nenek-nenek tidak akan meninggalkan keluarganya. Nenek-nenek akan tinggal di kampungnya, membesarkan cucu-cucunya dan membantu anak-anaknya.
PERBEDAANNYA DENGAN LAKI-LAKI?
Saya kira, mungkin berbeda dengan laki-laki, yang kalau diberi kesempatan mungkin maunya bekerja di kota-kota besar. Dan, ya maaf, mungkin kalau ada kesempatan, mungkin ada godaan-godaan juga. Kita terbuka saja.
DI MANA KEUNGGULAN PROGRAM ITU?
Sejak 2015, saya lihat program itu luar biasa. Luar biasa. Nenek-nenek yang tinggal di kampung, membawa ilmu dan menjadi pejuang-pejuang luar biasa. Pelaku-pelaku ekonomi dan pendidikan. Luar biasa.
Mereka dengan kemampuan membawa pemgetahuan tentang tenaga surya, menghasilkan listrik, penerangan di desa-desa, yang selama ini, bahkan sejak kemerdekaan kita, tidak ada listrik sama sekali. Ternyata listrik belum masuk desa di sini. Ini salah satu contoh saja, dimana lewat tangan perempuan kelihatan terbukti.
RELASINYA DENGAN PARTAI GERINDRA?
Kader-kader partai yang tertampung, atau berjuang di dalam PIRA, saya kira dengan program, salah satu program nenek-nenek membantu desa-desa, keluarga sendiri di komunitas marjinal, sangat membawa dampak yang luar biasa positif. Luar biasa. Sampai bupati-bupati kaget, saya ketemu bupati, mereka kaget.
Bupati sendiri belum pernah ke desa itu. Istri saya sudah 3 kali ke desa Itu. Bupati sendiri belum ke desa itu. Nah, di sini nenek-nenek di bagian umur 55 tahun ke atas, bisa membawa dampak luar biasa , apalagi anak-anaknya yang perempuan yang berumur 30 tahun. Dan apalagi nanti yang remaja-remaja perempuan. Saya kira itu salah satu contoh.
DI MANA PERSISNYA LOKASI PROGRAM ITU?
Ada di NTT, di Timor dan di Flores, di Bajawa, di Singkak. Di Timor itu di daerah Kowa. Wah luar biasa.
Itu di Timor dan di Flores, akhirnya kelebihan tenaga listrik. Memang ada 73 komunitas yang melakukan ini.
YANG PALING TERKINI, DI MANA PROGRAM ITU DILAKUKAN?
Nah, yang sekarang sedang dikerjakan adalah di Pulau Alor, yang menurut saya adalah daerah paling bersih di Indonesia. Pulau yang penduduknya tergolong miskin, tetapi, kampungnya, desanya, kotanya bersih. Kita tidak perlu ke Singapura untuk melihat tempat yang bersih. Di tempat yang miskin. Tidak perlu di tempat yang kaya. Banyak ibu-ibu yang berperan di Pulau Alor. Di sana juga dijalankan program
PAUD. Nah salah satu contoh, satu lagi, PAUD. Penidikan Anak Usia Dini. Ini sangat penting, menurut saya. Dan ini banyak dilakukan oleh guru, dibantu oleh bapak-bapak. Dan saya melihat sendiri, memantau, mengawas karena saya adalah Dewan Pembina dari 2008.
JUGA MASALAH STUNTING GROWTH, MENJADI PERHATIAN GERINDRA SEJAK DULU?
Satu lagi yang amat penting adalah stunting growth. Mungkin tidak banyak diperhatikan oleh elit-elit di Jakarta, tapi kita partai Gerindra, Pak Prabowo, saya dan kawan-kawan di partai Gerindra, sangat prihatin. Pak Prabowo sudah sebut masalah stunting growth sejak tahun 2007. Belum adanya Gerindra. Belum. Gerindra belum berdiri.
Tahun 2007 itu, Pak Prabowo sangat perhatian dan prihatin dengan kurang gizinya anak-anak kita. Dan waktu itu, menurut harian Kompas, tahun 2008, kurang gizi, stunting growth-nya sangat parah. Itu dialami atau diderita oleh 30% anak Indonesia. Beberapa tahun kemudian, kita perhatikan, meningkat menjadi 38% anak-anak di Indonesia.
Tapi itu rata-rata. Yang luar biasa beberapa tahun lalu, itu 2019, ada studi Kementerian Kesehatan dll, ada banyak daerah di Indonesia, angka stunting growth-nya melebihi 50%. Di Jawa Timur, tidak jauh dari kota Surabaya, itu ada beberapa kabupaten, sampai 44%, kalau tidak salah, adalah Probolinggo dan Bangkalan di Pulau Madura. Hampir separuh anak-anak di bawah 5 tahun, stunting.
Nah di sini, saya kira salah satu program bersama. Kalau bisa yaa saya minta, PIRA, bekerjasama dengan elemen-elemen dari Gerindra, untuk memperjuangkan program-program untuk memberantas stunting growth.
Ini program yang saya perhatikan kurang didengar, kurang ditonjolkan yaa, oleh publik, oleh elit publik yaa.. kurang. Saya kira kurang. Ini…yaa maaf.
Kalau saya membaca kemarin, ada sebuah study dari Standard Chartered Bank, meramalkan Indonesia pada tahun 2030, akan menjadi kekuatan ekonomi ke-4, terbesar di dunia. Ke-4 terbesar di dunia. Melebihi Inggris, Jerman, Jepang, dan kita hanya satu jenjang di bawah Amerika Serikat. Tapi kalo kita ekonomi terbesar ke-4, tapi separoh rakyat kita tidak berdaya karena kurang gizi pada usia dini, itu apa manfaatnya?
Berarti apa? Berarti pembangunan akan dinikmati oleh elit yang orang kaya. Di Jakarta sudah terasa, kota-kota besar lainnya. Rakyat lainnya tidak akan merasakannya.
MASALAH DISABILITAS?
Terakhir dari saya, masalah disabilitas. Kami berbangga bahwa ibu-ibu semua di parlemen dan kawan-kawan di PIRA, ikut berjuang untuk mewujudkan undang-undang disabilitas, tahun 2016.
Ibu-ibu PIRA yang jadi ujung tombak mewujudkan undang-undang itu. Tapi juga kita jangan lupakan isu yang lain-lain. Misalnya, perjuangan kita untuk memberantas perdagangan manusia dan anak-anak kecil. Human trafficking. Itu tetap jadi salah satu program penting dari Gerindra, yang saya perhatikan memang ibu PIRA banyak ikut berjuang di situ.
Saya kira itu banyak masalah-masalah yang butuh perhatian dan tentu saya yakin akan diperhatikan oleh ibu-ibu PIRA.
“PIRA Berdaya, Gerindra Berjaya”. Kita punya tujuan nyata, kita punya tujuan yang saya kira bisa tercapai dan saya kira melalui Gerindra, kita majukan aspirasi ibu-ibu PIRA dan keluarganya. Sukses.
(SELESAI).