Aad Satria Permadi (Psikolog dan Akademisi)
–
Salah satu kecerdasan yang ditanamkan Allah ke dalam otak manusia adalah kecerdasan logika (logical intelligence). Orang yang mempunyai logical intelligence yang baik akan mampu melihat pola/ keteraturan dalam fenomena yang semrawut. Kemampuan tersebut juga membuatnya mampu membuat dugaan/hipotesis sebuah kejadian. Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai logical intelligence yang baik, tidak akan mampu menangkap keteraturan dari sebuah fenomena. Orang ini akan cenderung menganggap fenomena sebagai eksistensi yang timbul secara kebetulan tanpa ada pola/ atau keteraturan fenomena tersebut.
–
Untuk lebih memahami bagaimana logical intelligence Anda bekerja, silakan perhatikan secuil fenomena kecurangan pemilu 2019. Saya batasi hanya yang terkait tabulasi data C1 saja.
Pertama, banyak sekali bukti penggelembungan suara 01, sekaligus pengurangan suara 02.
Kedua, scan C1 yang tidak sesuai dengan input di website KPU. Suara 01 bertambah dan suara 02 berkurang atas kecurangan ini.
Ketiga, scan C1 dipalsukan untuk menggelembungkan suara 01 dan mengurangi suara 02
Keempat, gudang penyimpanan kotak suara dan C1 terbakar. Kejadian ini terjadi di Sumatra Barat, lambung suara 02.
Kelima, kotak suara dibakar di Jambi oleh caleg PDI-P, partai yang mendukung capres-cawapres 01. Jambi pun lumbung suara 02
–
Dari lima fakta tersebut, apakah pola/ keteraturan yang terbentuk dalam akal Anda? Jika logical intelligence seseorang bekerja dengan baik, tentu dia akan menemukan pola bahwa semua fenomena kecurangan tersebut menguntungkan 01 dan merugikan 02. Kalau diajukan pertanyaan kepadanya, apakah keuntungan 01 dan kerugian 02 itu kebetulan atau kesengajaan? Maka dengan pasti logical intelligence nya akan menjawab, tidak mungkin kebetulan. Argumennya sederhana, karena ia menemukan pola yang menetap yaitu keuntungan selalu untuk 01, dan kerugian selalu untuk 02. Argumen itu dikuatkan dengan fakta keempat, bahwa ada pemalsuan C1 yang sengaja dilakukan oleh seseorang. C1 asli yang sudah di-upload kemudian diedit, dan editan itu di scan kembali.
–
Karena akalnya menyimpulkan ada kesengajaan kecurangan tabulasi data, ketika ditanya tentang dugaan/hipotesisnya siapakah yang sengaja melakukan kecurangan, maka kecerdasannya akan mengatakan bahwa kemungkinan besar yang sengaja melakukan kecurangan adalah pihak-pihak tertentu (tidak diketahui) yang menginginkan 01 menang. Argumennya juga didasarkan pada logika keteraturan/ pola dari fenomena kecurangan tersebut, yaitu 01 selalu diuntungkan dan 02 selalu dirugikan.
–
Begitulah proses munculnya kesimpulan bahwa telah terjadi kecurangan pada proses tabulasi data C1. Jadi, jangan dikira kesimpulan adanya kecurangan itu muncul asal-asalan. Kesimpulan itu muncul dari instrumen kecerdasan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Para oposisi hanya menggunakannya dalam rangka mensyukuri instrumen tersebut. Memusuhi kritik dan kesimpulan ini bisa dikatakan sebagai gerakam kufur nikmat dan contra-intelligence (dalam arti perlawanan terhadap kecerdasan). Dan perlawanan ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak cerdas, alias ungud.
–
Permasalahn dimulai ketika pihak KPU menjawab kesimpulan dan dugaan orang-orang cerdas ini dengan jawaban yang tidak dapat diterima akal. KPU mengatakan bahwa kesalahan tabulasi data bukanlah kecurangan, namun kesalahan yang tidak disengaja alias human error. Bagi orang-orang yang mempunyai logical intelligence, tentu ini dianggap sebagai penghinaan terhadap akal. Mana mungkin itu adalah ketidaksengajaan, dimana polanya dan keteraturannya sangat jelas! Mana mungkin tidak ada kecurangan, padahal jelas-jelas ada yang mengedit C1 asli yang sudah di-upload. Pernyataan KPU ini adalah anti-tesis logical intelligence. Logical intelligence mengatakan ada pola kecurangan, sedangkan KPU menganggapnya sebagai fenomena tak beraturan di atas hukum ketidaksengajaan. Inilah yang memicu tensi perlawanan.
–
Masyarakat yang mempunyai logical inteligence ini awalnya tidak menuduh KPU ikut curang, namun jawaban KPU itu menjadi pola baru dalam akal masyarakat. Pernyataan KPU itu adalah pernyataan yang menguntungkan 01 dan merugikan 02. Akhirnya KPU ikut tersangkut dalam dugaan/ hipotesis siapakah yang ikut berperan dalam kecurangan. Andai KPU menjawabnya dengan kata-kata dan bukti-bukti yang memuaskan logika, insyaAllah kritik dan tuduhan masyarakat akan berkurang. Masalahnya public address KPU seperti melecehkan logical intelligence masyarakat.
–
Sebenarnya, masalah tabulasi data C1 ini, hanya secuil dari badai masalah penyelenggaraan pemilu 2019. Namun, hakikat dari semua kekisruhan ini adalah tentang kemustahilan kecerdasan dan kebodohan itu berdamai. Selama pemerintah dan KPU menghadapi kritik logical intelligence masyarakat dengan cara-cara bodoh (misalnya, menganggap kesalahan tabulasi adalah ketidaksengajaan), maka masyarakat akan terus menyampaikan kritiknya. Bahkan, dengan kekuatan yang lebih besar.
–
Selamat bertugas KPU, semoga Allah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua. *