Oleh: Yeni Suryasusanti.
Aktivis BEMI BAKULAN (Barisan Emak-emak Militan Indonesia).
Kalau ditanya aku pilih siapa, aku harus bilang aku pilih Prabowo.
Kenapa?
Pertama, karena calonnya hanya 2 dan aku menolak untuk golput.
Kedua, karena di belakang beliau ada orang-orang yang paham syariat.
Alasan kedua inilah yang jadi penentu, karena tingkat kompleksitas pengambilan keputusan Presiden jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengambilan keputusan Gubernur. Jadi, peran tim-tim pendukungnya sangat besar pula nanti, karena setiap keputusan bisa terkait keutuhan negara.
Dengan adanya orang-orang yang paham syariat di belakang Presiden, bila dia melegalkan sesuatu yang haram, semoga tim-tim pendukungnya akan mengingatkan.
Atau at least, ada beban mental tersendiri untuk dia bila melakukan sesuatu yang melanggar syariat secara terang-terangan.
Penting sekali ini untuk pemerintah punya beban mental tentang syariat.
Kita bisa lihat ketika Ahok membela miras masuk minimarket-minimarket.
“Asal nggak mabuk nggak apa-apa, katanya. Asal bertanggungjawab, nggak apa-apa.”
Ini kebathilan luar biasa.
Padahal Qur’an jelas ttg miras. Bahkan hadits tentang miras pun tak main-main. Siapa yang menjual, membeli, mengedarkan, bahkan duduk bersama atau ada di satu ruangan dengan orang yang minum miras, dosanya menanti.
Banyak orang memuja-muja Ahok karena ketegasannya.
Tetapi, tegas kalau bathil?
Ketika melihat sebuah kebaikan, aku juga akan melihat apakah itu sebuah kebenaran.
Halal (benar) dulu dan baru kemudian thoyib (baik), itulah tolak ukurnya, bukan sebaliknya. Karena yang halal (benar) sudah jelas dasar hukumnya, sedangkan yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah…
Yang tadi penjelasan secara umum.
Ini penjelasan dengan dalil:
Alasan menolak memilih Jokowi menjadi RI 1 agar Ahok tidak menjadi DKI 1, karena An-Nisa : 144:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُّبِينًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?
Dan cek Surat Ali Imran: 7
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
“Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Jadi, ayat-ayat yang muhkamat (jelas, satu makna) harus dituruti, yang mutasyabihat (tidak jelas, lebih dari satu makna), harus diimani.
Nah, ada golongan yang senengnya bikin penafsiran sendiri. Mereka ini kata ayat ini, hatinya condong pada kesesatan.
Cukup demikian kewajiban menyampaikan masalah syariat karena tugas sebagai umat.
Akhirnya, pilihan dan tanggung jawab kepada Allah ada di tangan kita masing-masing.
Selamat memilih.