Oleh: Agnes Marcellina
(Penulis Agnes Marcellina, 52 tahun, kelahiran Garut, Jawa Barat dan menghabiskan masa kecil sampai tamat sekolah lanjutan atas di Garut, dan sekarang pengusaha agribisnis di daerah kelahirannya Garut Jawa Barat. Sejak tahun 2012 menjadi kader Partai GERINDRA. Saat Pemilu 2019, iamencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif DPR RI dari Partai GERINDRA untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat XI untuk Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, nomor urut 3. Agnes sata itu juga salah satu juru bicara dan juru kampanye untuk Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.)
***
“Saya hanya suka berkebun dan alangkah sangat menyenangkan bisa memetik sendiri sayuran dan buah-buahan dalam keadaan segar, aman karena semuanya menggunakan sistem pertanian organik tanpa menggunakan pestisida dan bahan kimia.” (Agnes Marcellina).
Dimulai pada akhir tahun 2015, tanpa sengaja saya memiliki sepetak lahan sebesar 8.500 m2 di tengah kota Garut. Lahan tersebut selama 35 tahun digunakan untuk peternakan ayam. Sudah ada beberapa pohon buah-buahan yang sudah tua dan sudah menghasilkan.
Karena saya suka berkebun maka yang saya lakukan saat itu adalah menanami lahan tersebut dengan berbagai macam tanaman sayuran yang jenisnya mungkin lebih dari 30 macam, mulai dari berbagai sayuran hijau, tomat, wortel, beet, buncis, kacang panjang, kemangi, cabai, selada, berbagai macam selada dan sawi, labu petai, jengkol , berbagai tanaman herbal seperti sereh, lengkuas, kelor dan lain lain.
Tidak hanya sayuran tetapi di lahan itu sudah ada pula 4 pohon alpokat, 15 pohon durian, 3 pohon sirsak, 6 pohon mangga, 2 pohon nangka, puluhan pohon papaya, 1 pohon srikaya, 3 pohon sukun, beberapa pohon pisang, sekeliling kebun pohon markisa, raspberry, strawberry, beberapa pohon buah naga. Sisanya, seluas 2.000 m2 dari lahan tersebut adalah sawah.
Dari sejak awal lahan tersebut saya tanami berbagai macam sayuran. Sebenarnya, orientasinya bukan semata-mata untuk berbisnis pertanian, karena jika memang betul-betul ingin melakukan usaha, lahan tersebut tidaklah cukup besar.
Saya hanya suka berkebun dan alangkah sangat menyenangkan bisa memetik sendiri sayuran dan buah-buahan dalam keadaan segar, aman karena semuanya menggunakan sistem pertanian organik tanpa menggunakan pestisida dan bahan kimia.
Karena latar belakang saya dulu adalah seorang guru maka selalu saja dalam hal apapun saya ingin berbagi pengetahuan kepada orang lain. Sehingga jadilah tempat tersebut juga sebagai sarana anak- anak sekolah yang ingin belajar berkebun. Hasil kebun yang juga berlebih bagi keluarga akhirnya saya bisa berbagi dengan orang lain dan untuk bisa merawat kebun serta memberi pekerjaan kepada beberapa petani, maka hasil kebun yang ada dikirim ke Jakarta dan Tasikmalaya untuk mereka yang mau menerapkan pola hidup sehat dengan sayuran organik.
Kegiatan tersebut sudah berjalan selama 5 tahun tanpa terasa. Selama itu pula saya tidak lagi belanja sayuran ataupun buah-buahan lagi. Saya juga hampir tidak pernah membeli buah-buahan impor.
Pandemi dan Sayuran Hidroponik
Sejak pandemi Covid-19 semakin saya merasa sangat bersyukur bahwa ternyata saya sudah bisa mandiri dan berdaulat secara pangan. Paling tidak untuk keluarga dan orang-orang yang selama ini setia bersama saya yang juga mengkonsumsi hasil kebun.
Pesan yang ingin saya sampaikan adalah jika saja semua keluarga Indonesia memulai dengan ketahanan pangan dengan mau berkebun, niscaya tingkat kesehatan masyarakat bisa menjadi lebih baik karena bukan saja mengkonsumsi makanan yang aman tetapi berkebun juga baik untuk kesehatan mental. Tidak harus selalu memiliki lahan yang luas karena prinsipnya berkebun bisa dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan pot, polybag, hidroponik.
Pemerintah juga tentu harus memulai berbagai cara jika benar-benar ingin mandiri pangan untuk rakyatnya. Bukan hanya slogan semata dengan kalimat kalimat : “Kita harus berdaulat secara pangan dan ketahanan pangan terjaga” tetapi tidak banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah. Bahkan yang terjadi, terus mendorong impor bahan pangan dibanding dengan membuka lahan-lahan pertanian dan meningkatkan pengetahuan petani sehingga mereka bisa sejahtera dari pekerjaan sebagai petani.
Para anggota DPR RI Komisi IV juga harus terus mendorong pemerintah untuk merealisasikan rencana rencana di bidang ketahanan pangan serta mengevaluasi secara terus menerus dan melakukan terobosan-terobosan melalui undang-undang pertanian sehingga petani yang jumlahnya sangat besar akan bisa menopang ekonomi negara.
Tidak usah jauh-jauh melihat ke negara negara di seluruh dunia tetapi tengok saja negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, Taiwan, Korea Selatan, mereka sudah sangat maju di bidang pertanian. Jika mereka bisa, maka Indonesia juga seharusnya bisa. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi?