oleh: Imelda Bachtiar
“Masalah ini bukan masalah menang-kalah. Tetapi, ada yang lebih prinsip dari itu, yaitu kedaulatan rakyat. Hak rakyat, terasa benar-benar dihilangkan. Karena itulah, sangat wajar dan dijamin oleh Undang-undang Dasar negara kita, bahwa rakyat berhak menyatakan pendapatnya di muka umum….
Bilamana saudara disakiti, jangan membalas. Selalu memberi kedamaian, selalu memberikan langkah-langkah yang positif. Itu permintaan saya…
(Prabowo Subianto, pernyataan di Kertanegara 4, Jakarta, 20 Mei 2019.)
***
Pernyataan di atas adalah transkripsi video yang diterima subuh tadi dari orang tepercaya saya untuk informasi tentang Prabowo Subianto. Maklum, sebegitu banyak berita bohong, akhirnya dianggap fitnah. Saya menghindari itu.
Sejatinya, saya mengamati perjalanan politik Pak Prabowo Subianto baru lewat tuturan para penulis dalam buku “Prabowo Subianto dalam 67 Tuturan Emak-emak”, buku-buku, catatan dan reportase yang dibuat majalah D&R tempat saya bekerja, dan tentu saja sumber sahih: kedua kakak perempuannya, Ibu Bianti Djiwandono dan Ibu Maryani Djojohadikusumo. Lalu, apakah cukup? Jauh dari cukup. Komplet? Lumayan. Dan makin hari, sejak buku “Prabowo dan 67 Emak-emak”, saya justru semakin paham bagaimana ia mengalami naik-turun dalam berpolitik.
Pernyataan dalam video 5 menit ini, justru menambah pengetahuan saya tentang kepribadiannya sebagai pemimpin. Tak ada tampak gurat kecewa, marah, atau memprovokasi pendukung yang sebetulnya bisa dilakukannya. Sangat lancar bertutur, intonasi tegas, tanpa keras. Video yang direkam kemarin di kediamannya ini, justru (saya yakin) memberi semangat dan energi pada para pendukung. Relawan, teman2 saya yang saat ini memenuhi Jalan M.H Thamrin.
Lalu, belum lama seorang teman di kelompok penulis menuduh saya tak lagi punya nurani ketika uang bicara. Maksudnya (mungkin), saya dibayar sangat mahal untuk buku itu hingga melupakan nurani. Hai, siapalah kita, sampai kita bilang kita lebih punya nurani? Kita punya nurani, sementara yang lain tidak?
Saya memilih ikut nasihat Pak Prabowo dalam rekaman ini, “Bilamana saudara disakiti, jangan membalas.” Pertanyaan besarnya, “Bisakah saya berlaku demikian?”
Bunyi lengkap transkripsinya, akan dimuat dalam situs PIRA.or.id. Dalam video Pak Prabowo antara lain didampingi Pak Sjafrie Syamsudin, Pak Tejo Budi, Pak Imam Sufaat.
(Catatan untuk teman-teman saya yang berunjuk-rasa di depan Bawaslu, hari ini dan besok. Bismillah…)
#KawalPemilu
#LawanKecurangan
#Pemilu2019