Imelda Bachtiar
Depok, 30 Agustus 2018.
Kemarin sore, Arena 1 Padepokan Pencak Silat TMMI, ponsel saya menunjuk waktu 16.49 ketika Hanifan Yudani Kusumah (20), pesilat Indonesia asal Soreang Jawa Barat, baru saja selesai bersyukur atas kemenangannya: lari keliling lapangan sambil mengibarkan bendera merah putih di atas kepala. Medali emas kesebelas untuk Pencak Silat dan ke-29 untuk Indonesia. Memastikan kita terkuat di Asia Tenggara.
Jelas terlihat ia menangis. Kemenangannya memang tidak mudah, 3-2, karena sempat dihukum kartu merah, memukul kepala lawan (tidak sengaja) yang menyebabkan lawan tidak mampu bangun beberapa detik.
Dari tangga tribun kehormatan, Manajer Tim Pencak Silat Indonesia, Edhy Prabowo, melambai, memanggilnya naik ke tribun kehormatan. Ini prosesi yang dijalani semua peraih medali emas sejak pagi. Ia salami satu persatu bergiliran dari kiri. Tentu saja peluk erat pertamanya untuk Edhy Prabowo, bapak sehari-hari anak-anak pencak silat Indonesia.
Saya yang ada di kanan tribun, hanya beberapa meter, sudah menduga sesuatu akan terjadi ketika melihat puluhan wartawan foto merangsek ke sana. Mereka menutupi pandangan saya ke tribun. Saya amati dan potret semua dari large screen. Dan benar… selesai memeluk erat Pak Prabowo, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), tangan kanan yang masih tetap di bahu Prabowo, mengajak Prabowo lebih dekat ke Pak Jokowi di sebelah kirinya. Dan terjadilah rangkulan yang fenomenal itu!
Saya sibuk mengusap-usap mata yang langsung basah. Stadion gemuruh. Orang yang duduk di sebelah saya bilang, “Kok berani ya dia… Tapi Hanif memang banyak ide dan kadang jahil!” Rupanya ia sudah kenal sejak lama tabiat pesilat peraih medali emas Kelas C Putera 55-60 kg ini.
Ketika menulis tentang Pencak Silat dua hari lalu, saat itu final hari pertama, 8 emas disabet. Saya segera berpikir, olahraga bela diri asli ini bisa jadi pemersatu dua kubu. Oase di tahun politik. Tapi, saya tidak tahu, lewat apa ya? Saya cuma bisa menulis.
Rupanya, Hanif punya ide yang lebih kuat. Berhasil, karena ia anak muda, ia atlet dan ia pahlawan peraih medali emas. Maka, pelukannya bersama Presiden Joko Widodo dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto segera disambut histeris penonton stadion, dan beberapa jam kemudian histeria juga terjadi lewat viral di medsos. Pencak Silat menyatukan kita.
Terima kasih, Hanifan Yudani Kusumah. Terima kasih Pak Prabowo Subianto. Terima kasih Pak Joko Widodo. Terima kasih Pencak Silat. Bela Diri, Bela Bangsa!***