Fahri Hamzah
Bismillah, InsyaAllah 17 April Kemenangan Prabowo Sandi, Peralihan Besar Sejarah Indonesia.
Malam minggu kemarin, dalam debat capres itu, peralihan besar terjadi. Ada banyak dusta yang terungkap. Terima kasih kepada Pak Prabowo yang telah kembalikan akal sehat bangsa kita.
Kentara sudah siapa yang mengakar dan siapa fatamorgana. “Yang asli akan murni, yang palsu akan terbakar jadi abu”, itulah hukum besi.
Malam minggu lalu, Pak Prabowo membantu rakyat Indonesia mengambil keputusan penting dari kekeliruan yang panjang tentang transisi kita ini. Beliau bicara tentang apa yang seharusnya dan tentang apa yang sudah kadung keliru tapi kita Amini bersama. Ini yg substantif.
Pak Prabowo semalam meluruskan kembali doktrin-doktrin dasar kita bernegara dan cara kita bertahan sebagai sebuah Republik besar. Kata pembuka beliau tentang sebuah “Pancasila sebagai kesepakatan yang Agung” itu jarang terdengar dan tenggelam oleh motif-motif doktriner dan adu domba.
Di bidang pemerintahan, Prabowo akan fokus membangun pemerintahan yang kuat dengan cara salah satunya adalah “membersihkan pemerintahan dari korupsi, mustahil kita bisa membangun jika korupsi dan sogok menyogok serta jual beli jabatan masih stadium-4”, sebuah argumen yang padat.
Lalu, jangan tanya tentang Hankam, Prabowo memang jago dan ahlinya. Kita sendiri yang menonton debat saja sudah merasa dilindungi, apalagi kalau sudah memimpin. Sementara dalam politik luar negeri, kebijakannya “1.000 kawan terlalu sedikit, 1 lawan terlalu banyak”, lagi-lagi sebuah posisi yang nyata dalam diplomasi.
Pidato pembukaan yang 4 menit itu telah merangkum arah bangsa kita ke depan. Intinya: “Ideologi yang kokoh, dengan pemerintahan kuat karena bersih dan profesional, kekuatan hankam yang berwibawa di mata dunia, dan diplomasi yang berdasar pada kekuatan dan kepentingan nasional”.
Setelah pidato pembukaan 4 menit itu, saya menulis di laman media sosial saya satu kata, “TAMAT!”. Entahlah, ada perasaan bahwa semalam itu sudah selesai. Karena memang tema debat semalam itulah yang paling bisa mengungkap siapa yang punya “presidensial material” dan siapa yang tidak.
Menurut saya, kualifikasi Prabowo untuk menjadi presiden dan pemimpin dunia terlalu tinggi. Saya gemar menyaksikan banyak pemimpin dan wawasannya, tetapi untuk jabatan itu, beliau ada di kelas dunia. Hanya fitnahlah yang telah membuat beliau ingin dihancurkan.
Setelah debat, saya sengaja agak terlambat pulang, saya ketemu beberapa tokoh. Lalu, saya ketemu dua pensiunan jenderal bintang tiga yg duduk di barisan belakang Prabowo. Letjen Yunus Yosfiah Mantan Kasospol ABRI dan Letjen Soeyono Mantan Kasum ABRI. Mereka menarik saya bicara.
Ada banyak hal yang kami perbincangkan, dan saya tahu, kedua jenderal ini sudah tidak punya motif politik yang kuat. Mereka hanya menyayangkan fitnah kepada Prabowo dilakukan oleh mereka yang punya motif politik kotor. Padahal, “Prabowo adalah prajurit dengan prestasi besar”.
Pekan lalu, saya juga bertemu dengan seorang purnawirawan lain, umumnya mereka yg rendah hati dan tidak suka dengan kelakuan tukang fitnah kepada Prabowo.
“Jangan lupa, Prabowo menerima ucapan terima kasih secara resmi dari negara, diteken oleh Presiden Habibie”. Katanya kesal.
Seorang kolega Prabowo juga cerita, bagaimana prajurit ini digembleng. “Jarang jenderal yang mendapat tugas ke daerah operasi, mempertaruhkan nyawa, dia tidak pernah nolak, dia pemberani dan tidak manja, padahal dia bisa menghindar”. Jadi, dia jenderal beneran bukan kaburan.
Dalam kariernya, Prabowo juga adalah pembelajar. Bahasa asing yang ia kuasai membuatnya menonjol dalam tugas. Itu yang menjelaskan ketika menjadi danjen Kopassus Indonesia, ia mendapat ucapan terima kasih dari Sekjen PBB Butros Butros Gali karena menyelamatkan sandera dari berbagai negara.
Di bawah Prabowo, pasukan khusus kita Kopassus menjadi salah satu pasukan elite yang berwibawa di dunia. Dapat dibayangkan kalau jadi presiden, wibawa militer akan naik dan dunia akan segan. Apalagi teroris kelas cemen akan lari terbirit-birit. INDONESIA akan aman.
Jadi, secara simbolik, tanggal 17 April nanti, adalah arus peralihan sejarah INDONESIA yang kembali jaya dan berwibawa. Lebih dari sekedar macan Asia tetapi kekuatan nomor 5 dunia seperti yang pernah beliau katakan. Ini momentum bangsa kita di bawah kepemimpinan Prabowo.
Debat ke-4 semalam telah mengakhiri suatu kegamangan yang masif. Seorang pemimpin telah lahir, mari kita sambut tanpa ragu lagi. Kita ingin INDONESIA segera menjadi yang seharusnya. Prabowo dan Sandi Uno akan menjadi nakhoda utama menuju INDONESIA Menang.
Ini 17 hari lagi jelang coblos Capres 02, dengan melakukan mobilisasi kesadaran yang telah dijelaskan semalam. Inilah waktu berharga bangsa kita menjadi kekuatan dunia yang berwibawa. Ayo kawan-lawan, jangan kasih kendor membela bangsa Indonesia dari wabah kepalsuan dan kemunafikan. Terima kasih.
31 Maret 2019,
Fahri Hamzah
(Sunting seperlunya untuk dimuat di situs ini pada 1 April 2019. IB)