Oleh: Imelda Bachtiar
BAGAIMANA CARA PEREMPUAN AMBIL BAGIAN DI LEMBAGA LEGISLATIF?
PERLUKAH PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEREMPUAN?
BAGAIMANA CARA KALAHKAN CALEG LELAKI DAN MERUNTUHKAN DOMINASI MEREKA DI RANAH POLITIK?
CALEG PEREMPUAN BEKALNYA APA?
Pendidikan politik di negeri ini, kan juga miskin sekali. Tidak usah bicara untuk laki-laki atau perempuan. Sama saja. Bagaimana?
Itu adalah problem lokal, tetapi partai harus punya kurikulum pedagogi (pendidikan –red) keadilan. Ini supaya ada satu materi yang sama, seragam, berkualitas dari pusat sampai ke lokal. Itu pentingnya edukasi politik. Karena itu, kalau orang menganggap ada local wisdom, seringkali local wisdom itu justru local crime kalau tidak diterangkan efeknya pada perempuan. Kan banyak perempuan yang justru terjebak pada local wisdom, sehingga aktivitasnya terbatas hanya domestik saja. Tetapi laki-laki atau suaminya, atau bapaknya, bilang perempuan tidak ditakdirkan untuk masuk dalam politik.
Padahal untuk menghasilkan keadilan,semua orang harus masuk dalam politik. Itulah poin utamanya.
|
Bagaimana saran Anda dalam soal ini? Bagaimana penguatan pengetahuan harus dilakukan?
Yang paling penting adalah aktifkan hubungan antar kader partai, karena hanya dengan hubungan antar kader, kita bisa melakukan transfer of knowledge. Berbagi pengetahuan. Analoginya, kalau kita anggap bahwa suatu clan dipimpin oleh seorang kepala suku, kita musti melewati batas kekepalasukuan itu, supaya materi bisa tiba pada kader.
Jadi, konsep kader harus melampaui struktur lokal. Otoritas itu harus dijawab oleh kaderotority itu harus diatasi dengan kader. Sekali seseorang mengatakan: saya kader partai, maka ia akan menjadi agen perubahan untuk partai. Itulah sebabnya, utamakan kaderisasi. Itu tips yang paling enteng.
Tips yang lebih berat juga asa. Yaitu, asah kemampuan caleg perempuan untuk membaca psikologi lokal. Perempuan dalam ranah politik terkadang unspeakable, tetapi kadang kala dia diberi pengetahuan, dia menjadi unstopable. Itu bagus untuk demokrasi secara keseluruhan. Saya melihat, mesti ada kurikulum dari pusat. Sebut saja itu kurikulum pendidikan keadilan dan kurikulum itu spesifik dibuat supaya persembunyian injustice(ketidakadilan) di daerah bisa dibongkar.
Jadi, orang lokal atau caleg lokal harus punya kemampuan minimal membaca APBD(Anggaran Pendapat dan Belanja Negara –red), sementara caleg pusat harus mampu membaca APBD (Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah–red). Supaya tahu, misalnya, kalau ada tingkat kematian ibu melahirkan yang tinggi di Kabupaten A, atau Provinsi B, maka mobilitas dana untuk mendukung itu diarahkan ke sana. Itulah pentingnya APBN dan APBD juga disusun oleh perempuan.
Selama ini, perempuan tidak dikutsertakan dalam penyusunan APBN dan APBD, sementara perempuanlah yang paling rentang memperoleh injustice (ketidakadilan –red) di dalam kebijakan nasional lokal. Apalagi kebijakan nasional.
Jadi, minimal mampu membaca APBN/APBD, bisa menjadi modal awal seorang caleg perempuan.
|
Kemampuan ini membuat caleg perempuan bila terpilih nanti, bisa bertengkar dalam parlemen atau berdebat, mana yang sebetulnya program pro justice (pro keadilan), atau mana policy (kebijakan) yang menyembunyikan patriarki, yaitu yang justru hanya bicara dalam kepentingan laki-laki.
Kalau seorang caleg perempuan tidak bisa membaca APBD, maka dia bisa dibodoh-bodohi oleh anggota legislatif laki-laki bila duduk di DPR nanti.
Kaukus Perempuan, bagaimana Anda melihat pentingnya ini?
Perempuan partai itu satu prinsip yang baru di dalam politik dunia. Kemudian hadir Kaukus Perempuan untuk perempuan wakil-wakil partai politik yang duduk di dalam parlemen. Sifat Kaukus Perempuan, saya sebut tadi, mengambil isu spesifik dan itu diorganisir dengan teman perempuan lain di partai lain. Itulah yang disebut hubungan antara wakil perempuan di dalam Kaukus Perempuan. Karena kaukus itu mengolah isu spesifik lintas partai sebetulnya, itulah sebabnya pengalaman perempuan yang dibagi dan didengar serta dikelola bersama, menjadi hal yang penting.
Apa manfaatnya untuk partai? Manfaatnya buat partai adalah siapa yang paling cepat membaca problem politik nasional maupun daerah, khususnya terkait isu perempuan, maka dia yang diuntungkan untuk kepentingan konstituen yang lebih baik.
|
Saya bangga, Gerindra melakukan itu lebih awal.***