Ketika saya merekam suara emak-emak pendukung Prabowo Subianto untuk buku ini, saya tahu ini adalah pengalaman sangat berbeda dan memperkaya pengalaman menulis. Juga membuat saya ikut dalam dunia politik praktis, meskipun cuma di belakang layar. Buku ini, semoga berhasil mengenalkan siapa Calon Presiden Prabowo. Betul dan sahih sumbernya. Bukan cuma dari “katanya”, “konon”, apalagi “kabar medsos” atau ngenes lagi, cuma dari kartun/meme.
Terima kasih saya yang tulus untuk 67 perempuan penulis yang saya sebutkan (tag) namanya bersama status ini. Terima kasih untuk seluruh perjuangan kalian di lapangan. Semoga keberhasilan perjuangan kita petik kelak. Aaminn…
(Tulisan di bawah adalah prolog buku ini. Penerbit KGN, 2019. ISBN: 978-602-61076-1-9)
***
PRABOWO SUBIANTO
DALAM 67 SUARA, TUTURAN DAN KISAH EMAK-EMAK
oleh: Imelda Bachtiar
Kalau buku ini bisa hadir ke tangan pembaca sekalian, tak ada lain yang bisa saya ucapkan selain rasa syukur. Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin…
Tiada harapan lain selain agar pustaka ini ikut serta menjadi pengetahuan baru dan memperkaya benak pembacanya tentang sosok salah satu calon Presiden Republik Indonesia 2019-2024, Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Perjalanan buku yang akhirnya diberi judul PRABOWO SUBIANTO dengan judul kecil “Dalam 67 tuturan Emak-emak” ini, dipersiapkan dalam waktu yang amat sangat singkat. Hanya tiga bulan, termasuk proses cetaknya.
Buku ini bermula dari gagasan Jasmin K. Setiawan, seorang pengurus organisasi sayap perempuan Partai GERINDRA, Perempuan Indonesia Raya (PIRA) dan Ketua Harian Koperasi Garudayaksa Nusantara (KGN). Ia membicarakan dengan saya setelah kami bersama-sama menghadiri sebuah pelatihan jurnalistik yang dihadiri kurang-lebih 600 orang perempuan pegiat media sosial dari Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Pertemuan itu berlangsung 20 Oktober 2018 di Hambalang Sentul, kediaman Prabowo Subianto.
Saya dan Bu Jasmin beserta sepuluh orang anggota PIRA lainnya, hadir sebagai peninjau dalam acara pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi dan Media Partai GERINDRA itu. Acara yang berlangsung hanya berselang tiga hari setelah ulang tahun ke-67 calon presiden ini, membuat kami langsung menyadari begitu kuatnya dukungan pemilih perempuan, kami menyebutnya “emak-emak” kepada Prabowo Subianto.
Bahwa Partai GERINDRA dan koalisinyalah yang pertama kali mengusung dan menggunakan kekuatan perempuan sebagai kekuatan pesan politiknya, yang mereka namakan sebagai “Politik Emak-emak”, itu bukan pepesan kosong. Pesan itu rasanya semakin kuat ketika kita ikut hadir di dalam ruang pertemuan utama di Padepokan Garudayaksa Hambalang pada sepanjang hari itu.
-600 Emak-emak Militan di Hambalang-
Prabowo Subianto yang mengisi pelatihan mulai tengah hari dengan berpidato berdiri selama hampir dua jam, pun mengakui kekuatan emak-emak adalah bagian dari kekuatan dirinya.
“Hari ini saya seperti mendapat injeksi. Injeksi kekuatan. Kalau emak-emak semilitan ini ada di belakang saya, mendukung saya, maka saya yakin, kita akan mampu mewujudkan cita-cita kita bersama. Jangan pernah menyerah, untuk satu perjuangan…” demikian Prabowo Subianto menutup pidatonya yang disambut teriakan para emak-emak pendukung. Beberapa emak bahkan tampak mengusap air matanya. Haru.
Bila Anda sekalian menduga ratusan emak ini hadir karena dimobilisasi atau “digerakkan”, maka Anda siap-siap kecewa. Saya mengikuti kedatangan mereka sejak berkumpul bersama di kantor DPP Partai GERINDRA Ragunan. Mereka merapat berkelompok-kelompok naik mobil yang disewa bersama, atau mobil pribadi, barulah naik bus yang disiapkan ke Padepokan Garudayaksa –demikian kediaman Prabowo Subianto disebut- Hambalang. Beberapa bahkan bercerita harus bangun pagi buta, salat subuh di jalan, dan sampai jam 7 pagi di Ragunan. Lalu, berbagi sarapan bersama di dalam bus. Beberapa bahkan baru berkenalan di atas bus. Maka, lontong, ketimus, roti, bolu, dan air putih, beredar dari kursi ke kursi. Tak ada yang tak bersemangat.
Pertemuan pertama disusul pertemuan kedua. Rupanya para emak sangat bersemangat mendengarkan lagi pidato Prabowo Subianto secara langsung. Pertemuan yang juga dihadiri sekitar 600 emak-emak ini berlangsung di Padepokan Garudayaksa, Hambalang, 8 Desember 2018. Beberapa tulisan dalam buku ini merekam dengan baik kisah pertemuan Prabowo Subianto dan kelompok emak-emak militan ini. tulisan-tulisan mereka sangat bernas dan menunjukkan mereka pandai menuangkan pikiran, selain juga bergerak kuat di lapangan. terima kasih saya untuk Decy Capriconadri Widjaja, Endang Purwani, Yeni Suryasusanti dan Resti Vurwarin.
-Buku tentang Politik Emak-emak?-
Kalau ada di antara pembaca yang bertanya, apakah ini buku tentang politik emak-emak? Saya dengan tegas menjawab: Ya. Semua tulisan memang merujuk pada seorang tokoh, Prabowo Subianto, tetapi secara implisit tuturan dan rekaman suara para nara sumber yang dituliskan di sini menggambarkan nilai positif sebuah gerakan politik perempuan. Gerakan yang pernah sangat kuat berakar di tanah air, mulai saat Kongres Perempuan 1928 sampai Orde Lama. tetapi, kemudian dikemahkan saat Orde Baru, sampai menguat kembali saat Era Reformasi dengan ditandai gerakan Suara Ibu Peduli.
Ada tiga orang tokoh pegiat isu perempuan tanah air yang suaranya ikut ada dalam buku ini. Mereka adalah: Edriana, Sita Aripurnami dan Nursyahbani Katjasungkana. tulisan ketiganya, saling mendukung, menjadi penyemangat tentang bagaimana seharusnya kita merayakan kuatnya inisiatif perempuan dalam berpolitik saat ini. Bukan lagi hanya berpikir Anda mendukung siapa atau saya mendukung siapa. Di Indonesia, dua belas isu kekerasan terhadap perempuan itu belum selesai, tetap ada, dan saat ini perempuan punya kesempatan untuk merebut perhatian pemimpin berikut untuk menyelesaikannya.
“Stop mengatakan politisasi emak-emak, karena itu merendahkan mereka dan menganggap bahwa mereka tidak mempunyai pertimbangan politik, kepentingan politik, dan mereka hanya objek yang terombang-ambing ke kiri dan ke kanan. Para emak tersebut seharusnya diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai inisiatif dan mampu memperjuangkan kebutuhan dan kepentingannya,” demikian kutipan tulisan Edriana dalam buku ini yang sangat tepat menggambarkan situasi perpolitikkan emak-emak saat tahun 2018-2019.
-Tuturan dari Pengalaman Sendiri-
Dengan sederhana dan tanpa ujaran-ujaran yang menghakimi dan hanya berdasar pengalaman mereka sendiri, buku ini merekam suara perempuan-perempuan tentang Prabowo Subianto. Para penulis ini ragamnya serupa dengan mereka yang hadir di Hambalang, 20 Oktober 2018 itu. Sangat beragam, berwarna, beraneka. Itulah kita Indonesia.
tentu saja, saya memilih–sebisa mungkin-wakil dari setiap kalangan. Keluarga Djojohadikusumo, mantan wartawan, wartawan, anggota DPR, peneliti, staf di Nusantara Polo Club, crafter, sukarelawan World Cup 2018, akademisi, penulis, scientist, aktivis lapangan, penggiat isu perempuan, tim sukses, relawan, pendamping hidup beberapa jenderal yang ada di barisan depan Badan Pemenangan Nasional (BPN), Barisan Emak-emak Militan Indonesia (BEMI) dan semua yang mungkin Anda sekalian tak terpikir.
Mereka menulis atau berwawancara dengan saya untuk dituangkan dalam buku ini. tak semua anggota Partai GERINDRA, tak semua kenal secara pribadi Prabowo Subianto, malah ada yang sama sekali belum pernah bertemu kecuali di layar televisi atau dokumentasi video di internet.
Saya ingin berterima kasih kepada: Ibu Bianti Djiwandono Djojohadikusumo dan Ibu Maryani Djojohadikusumo, kedua kakak Bapak Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Berkat dorongan semangat dan banyak data serta informasi mereka berdua, buku ini menjadi lebih sempurna. Tentu saja, segala ketidakakuratan dalam buku ini, menjadi tanggungjawab saya semata-mata.
Semoga, sumbangan literasi yang kecil ini mampu menjadi jejak yang tidak bisa dibantah. Bacaan yang diterbitkan luas, tentu lebih panjang maknanya daripada ia hanya sekadar dibicarakan dari mulut ke mulut. Ada adagium yang menjadi pegangan hampir semua penulis, dan saya juga percaya adagium ini. Verba volant, scripta manent. Semua yang lisan akan mudah dilupakan, namun tulisan akan tetap ada. Sampai kapan pun.
Selamat membaca dan mengenal lebih dekat Pak Prabowo Subianto.
Depok, 12 Februari 2019.